Metro Mini, Kendaraan Wajib Mahasiswa Unjuk Rasa
Jakarta, Pena Masa Depan -
Unjuk rasa tolak RUU kontroversial yang terjadi di depan gedung DPR
(Dewan Perwakilan Rakyat) sejak Selasa (24/9) hingga Senin (1/10) oleh BEM SI (Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia) dan masyarakat menyisakan banyak serba serbi unjuk rasa yang mengundang perhatian, salah
satunya kendaraan yang ditumpangi mereka sampai ke depan gedung DPR.
Unjuk rasa ini didasari
oleh keinginan mahasiswa dan masyarakat mengawal jalannya pengesahan UU KPK baru, RUU KUHP (Revisi Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana), RUU Pemasyarakatan, dan RUU Pertanahan yang menimbulkan kontroversi karena dianggap dibuat secara asal menjelang akhir masa jabatan DPR 2014-2019.
Selain tolak RUU konroversial,
mahasiswa dan masyarakat juga mengawal jalannya pelantikan DPR RI yang baru, yaitu periode
2019-2024.
Mahasiswa Mercu Buana
(Mercu) merupakan salah satu dari sekian banyak universitas yang turun kejalan
dan menyewa jasa bus untuk sampai digedung DPR. Pantauan Pena Masa Depan, mulai 11:23
WIB, sebanyak 5 bus metro 69 jurusan Ciledug-Blok M dan 2 truk kontainer
terlihat melintasi jalan Ciledug Raya dan dipenuhi oleh para mahasiswa beralmameter merah beramai-ramai duduk di atap metro mini.
Aldo Haryanto (20),
Wakil HIMA (Himpunan Mahasiswa Manajemen) mengkonfirmasi bahwa lebih dari 500 mahasiswa Mercu turun ke gedung DPR untuk mewakili nama universitas mereka dan rakyat
Indonesia, "Kita datang murni karena punya kajian yang jelas hingga dana
sewa kendaraan pun dari kantung pribadi, bukan karena ikut ikutan atau sekadar insta
story," ujar Aldo.
Ketika ditemui di tempat
yang sama, Yanto (45) salah satu sopir metro mini jurusan Ciledug-Blok M
mengaku merasa diuntungkan atas adanya demo, "Alhamdulillah untung mah
pasti, yang biasanya sepi karena disewa mahasiswa jadi ramai, saya udah gabisa
ikut demo jadi saya dukung mahasiswa lewat tanggung jawab antar jemput mereka,
ujar Yanto.
Alasan para mahasiswa
memilih menggunakan angkutan umum metro mini adalah karena mereka merasa bebas
dan tidak terikat aturan.
Fenomena aksi unjuk rasa
mahasiswa menggunakan angkutan umum seperti metro mini sudah dilakukan sejak
dahulu, seperti aksi mei 1998 misalnya, diakui Yanto bahwa ia ikut menjadi
salah satu dari ribuan demonstran pada aksi mei 98, "Iya cuma saya ingat
waktu itu suasana jadi ribut sana sini, saya hanya pesan ke mahasiswa jangan
sampai ricuh karena aparat punya senjata api, takut ada korban"
Tarif sekali sewa dari
angkutan umum metro minipun tidak begitu menguras dompet
mahasiswa, seperti diakui Aldo "Iya biayanya gamahal, ratusan ribu
mungkin tapi karena bukan saya yang koordinasi massa jadi kurang paham harganya
aslinya berapa,"
Aksi unjuk rasa
mahasiswa dan masyarakat sekitar diharapkan menciptakan kedamaian serta membawa Indonesia ke arah yang lebih baik dan terhindar dari perpecahan dan kerusuhan . "Panjang Umur Perjuangan!" (MP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar